Pendapat saya ini bisa dibilang tak sejalan dengan apa yang diyakini mayoritas orang, baik penganut Islam maupun bukan. Tidak jarang ada yang mendebat pendapat saya ini dengan mengatakan, "Mengaku muslimah kok pilih-pilih aturannya? Islam itu satu paket, semua perintahnya harus dituruti! Kamu tidak takut berdosa?”
Ketika saya sempat bersekolah di negara yang mayoritas penghuninya non muslim, bahkan banyak kawan mengira saya tidak beragama Islam. Saya percaya itu kesempatan yang bagus untuk menjelaskan beragamnya tafsir dalam Islam.
Pertama-tama, perlu diingat bahwa tidak ada otoritas tunggal dalam Islam. Bahwa Al Qur'an dan hadis jadi panduan utama, itu adalah keyakinan lazim bagi penganut Islam. Tetapi tiap ayat Al Qur'an dapat diberi banyak tafsir, tergantung mazhab yang diyakini, tergantung ulama yang diikuti, tergantung si muslimin atau muslimah memutuskan percaya tafsir yang mana.
Ada penganut Islam yang memilih penafsiran yang harfiah terhadap Al Qur'an, bahwa tiap ayatnya harus dibaca secara literal dan diterapkan saklek tanpa melihat konteks turunnya ayat tersebut. Saya memilih ada di kelompok yang percaya sebaliknya, bahwa konteks masa dan ruang turunnya suatu ayat perlu dijadikan patokan dalam tafsir.
Saya bukan ahli tafsir, dan pendapat saya pun dari waktu ke waktu berubah mengikuti apa yang saya baca,
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini : http://yosidjayantiprakusya22.blogspot.co.id/2017/03/jilbab-tidak-percaya-dan-tidak-memakai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar